Standar kesadaran
Oleh :
Wiwi Purwasih A. Dodengo
Oleh :
Wiwi Purwasih A. Dodengo
Dikisahkan ada seorang gadis tangguh yang sedang berpetualang melawan dirinya sendiri. Demi keutuhan dirinya, gadis itu mengorbankan semua yang dimilikinya bahkan kesetiaan pun gadis malang itu tidak mau melakukannya. Baginya, kesetiaan hanya bisa dilakukan apabila dia sudah memiliki kemampuan untuk merasakan getaran jiwa yang luar biasa dan tidak seorang pun memilikinya.
Gadis itu sangat bodoh tidak bisa melakukan apapun selalu bertingkah konyol untuk menghibur dirinya. Dia tidak tahu berbicara sopan karena menurutnya, kejujuran adalah hal yang paling utama dalam mengutarakan pendapat yang sesuai dan yang tidak bisa diterima oleh orang lain. Namun ada salah satu keunikan yang dimilikinya. Dia mampu melukai orang tanpa merasakan sakit. Baginya adalah wajar karena dia tidak akan memikirkan hal yang pantas diterima oleh orang yang disakitinya. Manusia zaman sekarang harus dilukai sebanyak mungkin, mereka hanya perlu berobat, tapi mereka tidak tahu obat yang paling ampuh untuk menghilangkan rasa sakit yang sedang diderita.
Sangat disayangkan apabila hidup bergembira didalam gelapnya pemikiran sendiri. Gadis itu mulai resah dengan kesadaran yang tak kunjung sadar, dia mengulurkan tangan terhadap siapapun yang dijumpainya, namun tidak ada satu pun orang yang bersedia menerima pertolongannya. Pada akhirnya dia memutuskan untuk melakukan berbagai cara dengan penyamarannya. Gadis malang itu mulai beradaptasi dengan keadaan semua orang yang membutuhkannya. Dia tidak mengakui kalau dirinya memang benar karena dia yakin, kebenaran hanya milik sang maha tunggal. Tidak perlu menjadi tuhan dalam hal ini gadis malang itu hanya menggenggam kemurniannya untuk memanusiakan dirinya. Apa yang dilihat merupakan sebuah instrumen yang indah apabila dipadukan dengan berbagai rasa yang ada, maka itu sangat bermanfaat untuk ketertinggalannya dalam memenangkan pertarungan.
Seperti yang disabdakan rasulullah melalui gadis itu "Tidak ada perang yang lebih hebat melainkan perang melawan diri sendiri". Apa yang dilawan? Tidak lain adalah nafsu yang selalu menipu manusia disetiap keadaannya. Dia tidak suka berteori sambil bebicara sebanyak yang dilakukan oleh para ilmuan atau orang-orang hebat lainnya. Untuk apa semua itu? Rasanya tidak mungkin bisa dilakukan oleh gadis malang itu. Dia sendiri pun tidak mau menyadari bahwa potensi yang dimilikinya akan mengantarkan dia ke suatu tempat yang tak bisa dibayangkan olehnya.
Dikeramaian gadis malang itu terus merenung. Hatinya berbisik lirih menghiburnya. Namun, hanya kesendirian yang dialaminya lagi dan lagi dia bersembunyi didalam hatinya yang mendung karena membiarkan orang yang dikasihi meninggalkannya demi kesenangan yang menipu. Oh.. Apalah arti ketulusan ini bila yang membeku tak dapat dicairkan. Gadis itu sangat malu dengan dirinya. Kini dia hanya bisa menangis, bahkan dengan kesendiriannya dia pun membuat topeng agar tak seorang pun mengetahui keadaannya yang resah akibat perbuatan mereka yang tidak mau berpikir dengan segenap perasaan.
Gadis malang dengan wujud ketangguhan memiliki perasaan yang sangat dinanti-nantikan semua orang. Menjadi manusia yang berperasaan halus dengan kemampuan dibawah rata-rata sangatlah sulit, terlebih dia membutuhkan se
seorang yang akan membimbingnya untuk mengendalikan kelebihannya yang setiap saat akan membahayakan nasibnya. Dia pun berharap seseorang itu adalah dirinya. Dalam hal ini dia tidak memerlukan objek, tetapi perasaannya sendiri karena kesetiaan itu adalah dirinya bukan selain dirinya._Rumputliar
Komentar
Posting Komentar